Teknologi, ekonomi, dan segala ke-ironisannya..

Kemajuan teknologi dan ekonomi yang tidak disertai dengan kemajuan di bidang pendidikan tampaknya saat ini mulai menunjukkan sisi negatifnya. Lihat saja, dijalanan-jalanan kota maupun pedesaan di Indonesia saat ini. Anak-anak usia SD yang kakinya bahkan tidak mampu untuk menginjakkan kakinya di tanah saat motornya berhenti bergaya laksana pembalap saat memacu motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi! Apa yang mereka pikirkan? Anak-anak ini memang belum memiliki pemikiran yang luas tentang keselamatan berkendara dan hanya mampu menangis saat tubuh mereka berlumuran darah setelah mereka terjatuh dari motornya. Tapi bagaimana dengan orang tua mereka? Kebanyakan yang saya lihat, orang tua mereka justru memarahi anak-anak ini karena mereka telah merusak motor yang ia berikan ke anak kesayangannya itu. Pertanyaannya adalah, siapa yang lebih bodoh? Si anak ataukah sang orang tuanya??
Di Denpasar misalnya, masyarakat di ibukota provinsi Bali tempat saya tinggal ini bahkan memperbolehkan anak-anak perempuan mereka yang baru setingkat SMP untuk membawa mobil sendiri kesekolahnya demi alasan keamanan. Lucunya, beberapa diantara anak-anak 'borjuis' ini justru tampak kesulitan untuk melihat objek yang ada di depan mobilnya karena tinggi mereka yang belum cukup (saya pernah melihat anak SMP yang hanya matanya saja yg terlihat di balik setir mobilnya! Haha..). Miris? Ngeri?
Anehnya lagi, walaupun tiap pagi selalu ada polisi lalu lintas yang berjaga didepan sekolah-sekolah disini mereka justru tampak meng-amini para 'pengumbar maut' muda ini. Padahal sudah jelas, mereka hanyalah anak-anak kecil yang sudah pasti belum punya SIM! Pernah suatu pagi saya melihat dengan mata kepala saya sendiri seorang anak smp terjatuh dari motornya setelah menabrak seorang ibu-ibu pedagang pasar. Bukannya menangkap dan menyita motor si anak smp bengal itu, sang polisi justru membantunya membangunkan motor yang tak mampu diangkat si anak sendirian dan lantas membiarkan anak tersebut pergi dan kebut-kebutan lagi! Lihat saja apa yg para polisi ini lakukan jika ada bapak-bapak ataupun ibu-ibu yang lupa membawa stnk maupun SIM mereka. Lucu? Ironiskah?
Anak-anak SD jaman sekarang juga telah dibekali handphone oleh orang tuanya untuk memudahkan komunikasi si anak terutama setelah adanya kasus pemerkosaan anak yang menghebohkan warga Bali belakangan ini. Dengan alasan agar mudah untuk memantau maupun menjemput anak-anak mereka, para orang tua pun berlomba-lomba membelikan anak mereka handphone keluaran terbaru. Adik saya yang baru kelas 4 SD saja sekarang membawa BlackBerry ke SDnya! Sirik sieh kalau mengingat masa kecil saya. He.. Masalahnya bukan karena HP merek apa yang mereka bawa, tetapi kemampuan mereka untuk memilah mana yang baik dan buruk yang harusnya di manfaatkan mereka dari HP mereka tersebut. Setau saya, adik saya hanya mengerti cara untuk mengunduh lagu, FB-an, twitteran, menonton video di 'YouTube', main game, dsb. Bayangkan apa yang terjadi ketika adik saya menonton klip baru artis kesayangannya di YouTube maupun bermain game di 'BB'nya dan memamerkannya ke teman-teman sekelasnya. Bagi anak-anak yg mampu tentunya bukan merupakan masalah besar, paling mereka nantinya merengek ke orang tuanya untuk dibelikan BB juga. Tapi bagaimana dengan anak-anak dengan orang tua yang kurang mampu secara ekonomi?? Kecemburuan sosial akan merebak, tingkat kriminalitaspun akan meningkat. Lagi-lagi dengan alasan ekonomi. Klasik.
Ironis? Itulah yang sebenarnya terjadi. Kemajuan teknologi serta ekonomi tidak serta merta memberikan dampak positif bagi umat manusia, tak jarang teknologi dan "uang" juga memberikan dampak buruk bagi masyarakat itu sendiri apabila mereka tidak mampu untuk memanfaatkannya dengan bijaksana.

0 komentar:

Posting Komentar