Kenapa Afrika Selatan bisa tapi Indonesia tidak?

Afrika Selatan seperti yang belakangan semakin kita kenal adalah tuan rumah piala dunia 2010 yang masih berlangsung sampai post ini dibuat. Mereka memang dapat dikatakan sebagai salah satu negara Afrika yang paling maju, tidak seperti Indonesia yang berstatus "bukan negara apa-apa". Namun menilik dari sejarahnya, Afrika Selatan (Afsel) sendiri sebenarnya bukanlah apa-apa dibandingkan dengan Indonesia. Bandingkan saja, Afsel baru diresmikan sebagai negara republik pada tahun 1961 namun mereka baru bisa dibilang merdeka pada tahun 1994 ketika akhirnya hukum apartheid yang membedaka-bedakan masyarakatnya berdasarkan warna kulit secara resmi dihapuskan, coba lihat Indonesia, kita telah merdeka sejak tahun 1945!
Dari segi keamanan Indonesia memang dikenal sebagai "negeri" teroris seiring banyaknya masyarakat kita yang dengan mudahnya menerima ajaran sesat dari para ekstrimis dan akhirnya berubah menjadi penghancur bangsanya sendiri. Padahal sesungguhnya negeri kita tercinta ini sesungguhnya sudah jauh lebih aman dibandingkan Afsel. Indonesia memang sudah sering diguncang bom, namun di Afsel sana orang-orang mereka jauh lebih was-was dibandingkan kita di Indonesia. Kenapa? Afsel adalah salah satu negara dengan tingkat kriminalitas yang tinggi. Dibalik gemerlap kota yang terkenal dengan berliannya ini sesungguhnya kehidupan ekonomi mereka jauh lebih buruk dibanding kita. Perbedaan antara si kaya dan si miskin di Afsel masih terbilang sangat jauh, sehingga tak jarang kita masih dapat melihat banyaknya maling dan penjahat yang berkeliaran dengan senjata besar di malam hari. Saking gentingnya, hampir di tiap rumah yang ada di kota-kota besar Afsel pasti akan kita temukan pagar dengan kawat yang dialiri listrik ditambah lagi dengan pasukan keamanan bayaran yang akan datang ke rumah penyewanya apabila mengendus adanya hal yang mencurigakan. Ngeri khan? Bandingkan dengan Indonesia, orang-orang di sini masih dengan tenangnya keluar rumah dari malam sampai subuh. Iya khan?
Nah, itu tadi menunjukkan bagaimana lebih baiknya Indonesia dari Afsel. Tetap saja, Afsel ternyata lebih mampu menyelenggarakan piala dunia dengan megah dan suksesnya. Lantas kenapa Indonesia yang sebenarnya lebih baik dari Afsel tidak mampu? Menurut saya semuanya karena P.O.L.I.T.I.K ! Indonesia kalau kalian semua perhatikan dari berita yang ditayangkan oleh kantor berita manapun di hari apapun pasti lebih banyak berita politik dibandingkan porsi berita bertema lainnya. Entah kenapa di negeri yang sebenarnya kaya ini masyarakatnya lebih senang mengurus politik dibandingkan hal lain. Padahal sudah sering kita dengar, melalui politiklah uang negara ini dihabiskan sia-sia baik atas nama rapat, kunjungan kerja, studi banding, dan yang terakhir Korupsi, hal yang paling digemari sebagian besar politikus kita. Kalau kalian semua perhatikan, saat masyarakat menuntut para politikus baik pemerintah maupun DPR, mereka pasti meresponnya dengan mengadakan rapat, rapat, rapat, dan rapat lagi dengan hasil akhir yang sudah hampir pasti mengecewakan, dengan hasil nol! Alias tidak ada apanya! Padahal uang yang mereka gunakan tiap kali rapatnya mencapai miliaran rupiah! Untuk apa saja uang tersebut? Padahal rapatnya khan di gedung DPR? Masak di gedung sendiri bayar? Uang miliaran rupiah tersebut sebagian besarnya masuk ke kantong anggota DPR atas nama uang payah karena telah mengikuti rapat panjang dan melelahkan. Padahal mereka telah mendapat gaji beserta uang tunjangan serta tetek bengeknya yang juga tidak sedikit tiap bulannya!
Bandingkan dengan Afsel, dibandingkan mereka bersusah payah mengadakan rapat yang berbelit dan tidak penting mereka memutuskan untuk berinvestasi. Mereka melakukan sebuah terobosan, memperkenalkan negara mereka keseluruh belahan dunia melalui sepak bola! Bagi negara seperti Afsel, tindakan mereka menjadi tuan rumah piala dunia bisa dibilang sebagai tindakan nekat. Kenapa? Masyarakat Afsel sebenarnya tidak terlalu gila bola, mereka sebelumnya tidak terlalu mengenal sepak bola sebelum ditunjuknya negeri mereka sebagai tuan rumah piala dunia FIFA 2010 ini. FIFA sendiri sempat takut merugi karena sedikitnya minat masyarakat Afsel untuk menonton pertandingan sepak bola langsung di stadion. Bagaimana dengan kita? Tiap minggunya masyarakat kita memenuhi stadion klub-klub besar yang rata-rata tiketnya seharga 30-50 ribu rupiah bahkan lebih! Lihat juga bagaimana antusiasme masyarakat kita ketika Manchester United, klub raksasa dari Inggris menyatakan niatnya untuk datang ke Indonesia, dalam waktu seminggu lebih tiketnya telah terjual habis! Itu tentunya cukup menunjukkan betapa cintanya negeri ini terhadapa sepak bola walaupun tak satupun dari tim kebanggaan mereka termasuk tim nasional untuk menunjukkan tajinya di kancah internasional.
Banyak orang mengatakan bahwa Indonesia terlalu memaksa ketika kita mengajukan diri menjadi tuang rumah piala dunia 2022. Mulai dari faktor infrastruktur, sampai ke faktor prestasi timnas kita yang terus merosot. Padahal menurut saya kedua faktor tersebut masih mungkin untuk dikejar sampai tahun 2022! Infrastruktur misalnya, Indonesia yang kita kenal sekarang memang masih Indonesia yang memang tidak adil kepada rakyat mereka yang jauh dari ibukota. Jalan yang buruk, sistem transportasi yang hanya ala kadarnya bahkan terkadang tidak ada memang masi menjadi momok bagi daerah-daerah jauh, tapi apakah kita mau hal-hal tersebut terjadi terus menerus? Stadion-stadion di Indonesia memang banyak yang masih jauh dari standar, butuh dana trilyunan rupiah untuk membangun sebuah stadion bertaraf piala dunia, tapi apakah kita mau seperti ini terus menerus? Biaya yang dibutuhkan negeri ini untuk membangun dan membenahi infrastrukturnya memang tidak sedikit tetapi sebenarnya kita mampu bung! Lihat saja berapa dana yang dikeluarkan negeri ini untuk mengadakan pilkada yang hampir selalu berujung ricuh tiap tahunnya, hampir 2 trilyun rupiah! Padahal pilkada sendiri pada sebagian besar daerah di Indonesia ini tidak terlalu terlihat dampaknya.
Lihat lagi upaya anggota DPR kita untuk mendapatkan dana aspirasi sejumlah 1 miliar rupiah per anggota per tahunnya, apabila digabung dana tersebut juga mencapai 1 trilyun lebih! Mereka mengatakan dana tersebut untuk pembangunan daerah yang telah sudi memilih mereka, padahal walaupun itu benar dana tersebut tidak akan pernah sampai dalam jumlah yang cukup ke daerah-daerah miskin di Indonesia! Justru daerah-daerah yang telah makmur yang kembali akan mendapat jatah paling besar karena jumlah populasi pemilih mereka juga besar. Adil? Mengapa kita tidak optimistis terlebih dahulu dan menjadikan pencalonan kita sebagai tuan rumah piala dunia tersebut sebagai pemecut semangat kita untuk membangun Indonesia yang lebih adil. Iya khan?
Masalah prestasi timnas, banyak orang yang fanatik dengan liga luar mengatakan bahwa dengan prestasi kita saat ini kita pastinya akan menjadi bahan tertawaan tim-tim lainnya di piala dunia, sudah saatnya saya menyuruh kalian untuk membuka mata kalian. Prestasi kita hari ini memang memalukan, tapi itu prestasi kita sekarang bung! 2022 masih 12 tahun lagi! 12 tahun itu masih bisa kita gunakan untuk menumbuhkan bibit baru sepak bola kita! Bayangkan apabila kita sekarang mengurus tim U-12 kita dengan baik mulai sekarang, pada tahun 2022 mereka baru berumur 24 tahun bung! Masih sangat fresh! Memang seperti yang banyak orang duga-duga bahwa PSSI berusaha mencari jalan pintas untuk tampil di piala dunia, menurut saya sendiri sih itu bukanlah jalan pintas. pengurus PSSI yang kita benci saat ini masih dapat berubah sampai tahun 2022 tersebut dan tentunya masih akan ada banyak waktu tersisa untuk membangun sepakbola Indonesia yang lebih baik bukan?
Prestasi timnas kita saat ini memang tengah menurun, namun seperti grafik-grafik lainnya apabila prestasi kita bisa menurun maka prestasi kita tersebut juga bisa meningkat dan merangkak naik! Iya khan? Mungkin pada tahun 2022 itu kita belum terlalu baik dalam bermain bola tetapi coba lihat Afsel, apa tim mereka terlihat membanggakan? Timnas mereka memang belum menang tapi setidaknya sekarang mereka telah jauh melampaui kita. Negara mereka kini telah dikenal oleh seluruh dunia sebagai negara yang merdeka, negara yang aman karena kesuksesan mereka sebagai tuan rumah piala dunia, dan sebagai negara maju walaupun banyak rakyat mereka yang masih kelaparan. Bandingkan dengan kita, sampai sekarang banyak orang yang masih belum kenal siapa kita dan bahkan mengira Indonesia adalah bagian dari Malaysia, masyarakat dunia juga masih mengira negara kita sebagai negara teroris yang patut di blacklist dari segala kegiatan mereka, dan banyak orang masih mengira bahwa negara kita adalah negara miskin yang semua penduduknya menderita busung lapar dengan perut buncit dan tangan yang meminta-minta kepada tamu asing. Padahal mereka yang berperut buncit tersebut sebenarnya menyimpan uang dalam perut mereka dan terus meminta-minta karena mereka tidak pernah puas akan uang yang mereka miliki. Lihat saja anggota DPR yang walaupun kantong mereka telah penuh dengan rupiah tetapi mereka tidak pernah bosan menguras harta negara kita tercinta ini. Hhh... Buka mata kita, buka hati kita, buka pikiran kita, kita adalah negara kaya hanya saja kita masih tertidur dan masih hanyut dalam buaian mimpi buruknya... Kita seharusnya bangga, bukannya pesimis ataupun malu. Lihat foto ilustrasi diatas, Nelson Mandela, bapak bangsa Afrika Selatan yang dicintai diseluruh dunia sangat cinta kepada batik Indonesia, mengenakannya kemanapun ia pergi dan tak pernah mau menggantinya dengan batik dari negara lain, jadi kenapa kita sendiri harus malu menjadi orang Indonesia? Bangun Indonesiaku, tatap masa depan cerah demi hidup bersama yang lebih baik!

Category:

0 komentar:

Posting Komentar