Sepak bola Indonesia dan segala kekurangannya

Persipura Jayapura resmi menjadi juara Liga Super Indonesia musim kompetisi 2008/2009 dengan sangat sempurna,mereka mampu memastikan gelar juara ketika kompetisi masih berjalan dan bahkan dengan gap yang sangat besar dengan pesaing mereka. Prestasi berikutnya nyaris saja mereka rebut di Final Copa Indonesia, namun sayang, di tengah-tengah duel final seru kontra Sriwijaya FC mereka ngambek dan keluar dari lapangan! PSSI pun geram dengan sikap yang mereka tunjukkan di depan jutaan penggemar sepak bola Indonesia yang menonton pertandingan tersebut baik melalui layar kaca maupun secara langsung di stadion.

Dibalik kegeraman PSSI tersebut,mereka (PSSI) pun seharusnya berkaca pada diri sendiri. Dari awal, sebelum pertandingan dimulai, PSSI melakukan keputusan yang sangat kontroversional. Memutuskan mengadakan pertandingan final Copa di Stadion Jakabaring Palembang yang notabene menjadi markas Sriwijaya FC yang juga lolos ke partai final. Masa-pun membludak memenuhi stadion ketika final dilangsungkan, pihak sponsor dan petinggi PSSI-pun bangga melihat animo masyarakat untuk menonton final tersebut. Namun tampaknya penuhnya stadion akan masa Sriwijaya FC tersebut sedikit membuat wasit 'berpikir aman'. Membuat beberapa keputusan 'nyeleneh' seperti menghentikan babak pertama ketika bola masih dilangit menunggu sundulan ke arah gawang Sriwijaya FC hasil dari tendangan pojok yang dilakukan Persipura sampai menolak memberikan penalti ketika salah seorang bek Sriwijaya melakukan handball di kotak penalti yang lalu menimbulkan protes keras pihak Persipura. Protes yang berujung 'ngambek'nya pemain dan offisial Persipura inilah yang lalu menjadi topik hangat di berbagai media nasional selama beberapa hari setelah final Copa berakhir. Banyak yang membahas tentang keputusan wasit, namun, tentu saja wasit tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Kalau dilihat kembali kebelakang, justru keputusan PSSI yang memustuskan pengadaan final di Palembang itulah yang seharusnya dipertanyakan.

PSSI sebagai badan yang mengurus dunia sepak bola nasional Indonesia ini memang bisa dibilang gagal dalam pengadaan hampir semua kompetisi tahun ini. Musim kompetisi yang begitu semrawutnya ini sampai-sampai menarik minat Reuters untuk menerbitkan artikel tentang Liga Indonesia! Artikel yang lalu dikutip oleh berbagai media internasional tersebut menyebutkan bahwa musim kompetisi 2008/2009 ini sebagai a shambolic season (musim yang kacau balau)! Betapa malunya publik sepakbola kita karena kita memang sudah tidak bisa mengelak lagi. Selain karena insiden di final Copa tersebut, masalah lain seperti adanya klub-klub di Liga Super yang tidak memiliki stadion tetap karena terbentur masalah infrastruktur stadion dan ijin dari kepolisian, kerusuhan yang dilakukan oleh suporter dan pemain, sampai pada pelanggaran regulasi yang ditetapkan BLI oleh sejumlah klub mengenai kualifikasi pelatih klub.

PSSI boleh saja beralasan bahwa carut-marutnya kompetisi musim lalu tersebut adalah akibat dari adanya pemilu legislatif dan juga pemilu Presiden tapi bukankah pemilu merupakan even 5 tahunan yang sudah kita ketahui dari jauh-jauh hari?? Selain karena pemilu, PSSI juga menyebutkan tentang adanya faktor internal yang juga ikut mempengaruhi. Memang, kita juga sudah mengetahui bahwa musim lalu PSSI disibukkan oleh teguran dan ancaman yang dilakukan FIFA terkait kepemimpinan Nurdin Halid sang pimpinan PSSI yang saat itu meringkuk di balik terali besi. PSSI tetap ngotot untuk mempertahankan kuasa sang ketua umum, seberapa 'sakti' sih si Nurdin Halid sampai-sampai PSSI tidak mau mencarikan sosok penggantinya dan berusaha mempertahankannya walaupun diancam oleh FIFA? PSSI dan BLI boleh saja menjanjikan berlangsungnya musim yang lebih kompetitif dan teratur pada musim depan walaupun banyak orang pesimis akan janji tersebut. Lihat saja tahun lalu ketika mereka meluncurkan Liga Super Indonesia, mereka juga menjanjikan hal yang sama.

Memang.. PSSI tidak bisa kita salahkan sepenuhnya akan kecarut-marutan kompetisi musim lalu dan juga sindiran dari Reuters. Masih ada satu elemen lagi, pemain dan juga para suporter sepak bola kita. Musim lalu kita masih melihat adanya pertengkaran di tengah lapangan baik antar pemain maupun dikeroyoknya wasit oleh para pemain yang merasa dirugikan. Suporter kita bahkan lebih buruk lagi. Mereka melakukan berbagai hal yang memalukan ketika tim yang mereka dukung bahkan belum 100% menderita kekalahan! Mulai dari melempari wasit dengan botol air mineral, merusak stadion, sampai ke tindakan sangat tercela lainnya seperti merusak rumah warga dan juga membakar mobil yang ada di sekitar stadion!

Seharusnya hal-hal memalukan seperti itu tidak terjadi andai saja para pemain dan pecinta bola di seluruh Indonesia bisa menjadi lebih dewasa dan mau menerima kekalahan walupun setiap kekalahan merupakan hal yang menyakitkan. PSSI juga harus meningkatkan kualitas wasit sebagai pengadil lapangan agar tidak ada lagi pihak yang merasa dirugikan akibat adanya oknum wasit yang tidak bisa bertindak adil dilapangan. BLI sebagai perancang kompetisi sepak bola Indonesia juga sebaiknya mampu menyesuaikan jadwal kompetisi dengan kalender acara nasional sejak awal sebelum kompetisi digulirkan sehingga tidak ada lagi pertandingan yang tidak dapat dilakukan akibat adanya kegiatan lain yang dianggap lebih penting oleh pihak kepolisian. Hhhh.... memang sih... sepak bola merupakan hal yang kompleks dan terlalu rumit untuk kita pahami secara lengkap. Namun, apapun yang terjadi kita haruslah tetap mendukung dan berdoa agar kompetisi sepak bola di negeri kita dapat menjadi lebih baik di waktu yang akan datang. Cintailah sepak bola Indonesia! Karena kalau bukan kita, siapa lagi?

Category:

0 komentar:

Posting Komentar